Bersedekah itu suatu amalan yang diperintah Allah Swt. Betapa banyak keutamaan dan faedahnya. Saking mulianya amalan sedekah ini, Allah Swt. tidak hanya mengganti dan melipatgandakan, tetapi disediakannya surga bagi orang yang bersedekah atas dasar ketaqwaan kepada Allah Swt.
Perbuatan amal yang baik adalah yang dilakukan berdasarkan tauhid, niat yang lurus dan ikhlas, dan dilakukan terus menerus meski tidak besar. Bersedekah bukan amalan untuk memperlancar suatu keinginan atau sekedar penghantar harapan bersifat duniawi yang belum tercapai, seperti ingin punya jodoh, ingin melunasi hutang, ingin banyak rezeki, ingin ini dan itu. Bersedekah serupa itu jelas niatnya tidak murni menunaikan ibadah atau beramal shaleh yang belum ikhlas karena Allah, karena niatnya tercampuri dengan berharap ingin dipenuhinya keinginan lain (bersedekah dengan pamrih).
Sedekah yang sempurna adalah sedekah yang datang dari hati dan dilakukan semata-mata atas dasar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. baik dalam keadaan susah maupun bahagia. Allah Swt. berfirman: "Katakanlah: 'Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)'. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya." (QS. Saba [34]: 39).
Sedekah yang ditunaikan semata-mata karena mengerjakan amal shaleh dan ibadah kepada Allah Swt. inilah yang sebenarnya bernilai pahala. Dalam surah Saba ayat 39 di atas sudah jelas, Allah Ta’ala yang telah melapangkan rezeki kita, dan Allah Swt. pula yang yang dapat menyempitkan harta kita sesuai dengan kehendak-Nya. Sedekah yang kita tunaikan seharusnya menjadi tanda kita bersyukur kepada Allah Swt., bukan sedekah yang ditukarkan dengan ingin dikabulkannya keinginan lain.
“Syukurlah terhadap nikmat Allah jika kamu sungguh-sungguh menyembah kepada Nya.” (QS. An-Nahl: 144). Sudah sepantasnya-lah kita bersyukur atas rezeki yang Allah amanahkan kepada kita. Sesungguhnya bersyukur kepada Allah adalah perbuatan wajib. Ini jelas daripada firman-Nya bermaksud: “Barang siapa yang bersyukur maka hal itu untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barang siapa yang ingkar maka sesungguhnya Tuhan itu Maha Kaya dan Maha Mulia.” (QS. Al-Naml: 40).
Jenis bersedekah dengan embel-embel (Semoga dengan sedekah ini jadi jalan Allah Swt. memudahkan jodohku). Berbeda dengan jenis bersedekah dengan ikhlas dan Karena rasa Syukur Kepada Allah Swt. (Ya Allah, semoga dengan sedekah ini saya menjadi hamba-Mu yang senantiasa gemar beramal shaleh dan beribadah kepada-Mu, serta menjadi hamba yang senantiasa bersyukur kepada-Mu, Semoga Engkau Ridho terhadapku). Dalam jenis bersedekah dengan ikhlas dan sebagai rasa syukur kepada Allah Swt. dalam doa dan niatnya tidak melibatkan berbagai keinginannya dalam bersedekahnya.
Jika tadi berkaitan dengan niat bersedekah, maka kali ini adalah jenis harta yang disedekahkan. Bersedekah adalah bernilai pahala besar, maka harta yang disedekahkan haruslah dari hasil yang baik dan halal, baik sedekah yang jumlahnya besar maupun kecil. Rasulullah Saw. bersabda: "Barangsiapa bersedekah dengan sesuatu senilai satu buah kurma yang diperolehnya dari hasil kerja yang baik, bukan haram, dan Allah itu tidak akan menerima kecuali yang baik. Maka sesungguhnya Allah akan menerima sedekah orang itu dengan tangan kanannya, sebagai kiasan kekuasaanNya, kemudian memperkembangkan pahala sedekah tersebut untuk orang yang melakukannya, sebagaimana seseorang dari engkau semua memperkembangkan anak kudanya sehingga menjadi seperti gunung—yakni memenuhi lembah gunung karena banyaknya." (Muttafaq 'alaih, dari Abu Hurairah r.a).
Allah Swt. melipatgandakan ganjaran atau pahala orang yang menafkah hartanya di jalan Allah. "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah [2]: 261).
Apabila harta yang disedekahkan halal dan diniatkan semata-mata karena Allah, bersedekah sebagai bukti rasa syukur kepada-Nya, bersedekah di waktu lapang maupun sempit, serta selalu memohon ampunan dari Allah, menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain, dan senantiasa berbuat kebaikan. Insya Allah., kita akan digolongkan dalam orang-orang yang bertaqwa. "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan" (QS. Ali Imran [3]: 133-134).[ar]