Satu Tahun Serangan Israel ke Palestina: Korban, Trauma, dan Tanggung Jawab Dunia
Oleh Ferry Mustagfiru Rohman | Senin, 07 Oktober 2024 18:00 WIB | 662 Views
Konflik antara Palestina dan Israel telah berlangsung selama puluhan tahun, dengan berbagai bentuk kekerasan dan ketidakadilan yang terjadi di wilayah tersebut. Pada Oktober 2023, Israel kembali meluncurkan serangan besar-besaran ke wilayah Palestina, setelah pasukan pembebasan Palestina menyerang Israel dalam operasi Taufan Al Aqsha. Setahun setelah serangan tersebut, dampak destruktifnya masih sangat terasa, terutama bagi penduduk Gaza dan wilayah Tepi Barat. Korban jiwa terus bertambah, infrastruktur hancur, dan kehidupan masyarakat Palestina hancur berantakan.
Korban Jiwa yang Terus Bertambah
Menurut data terbaru dari *Palestinian Central Bureau of Statistic* per Oktober 2024, jumlah korban jiwa akibat serangan Israel mencapai 42.411 jiwa. Dari jumlah tersebut, sekitar 16.891 adalah anak-anak dan 11.458 adalah perempuan. Selain itu, lebih dari 102.375 orang terluka, dan sekitar dua juta orang harus kehilangan tempat tinggal mereka, menjadi pengungsi di negeri sendiri. Mayoritas korban jiwa dan terlantar berasal dari Gaza, sementara sebagian lainnya dari Tepi Barat. Gaza menjadi salah satu wilayah yang paling parah terdampak, di mana suara ledakan dan tembakan rudal menjadi pemandangan sehari-hari.

Kerusakan Infrastruktur dan Kehidupan Sosial
Dampak fisik dari serangan ini juga sangat besar. Sekitar 360.000 unit rumah dilaporkan rusak parah, membuat banyak keluarga kehilangan tempat tinggal. Di sisi lain, infrastruktur vital seperti fasilitas pendidikan juga ikut hancur. Ratusan sekolah dan perguruan tinggi di Gaza hancur total, menghentikan proses belajar-mengajar dan mengganggu masa depan anak-anak Palestina. Menurut laporan dari UNICEF, sebanyak 625.000 anak-anak di Gaza terpaksa berhenti sekolah selama tahun ajaran 2023-2024 karena serangan ini. Sekitar 45.000 anak-anak berusia 6 tahun bahkan tidak dapat memulai pendidikan dasar mereka pada tahun ajaran tersebut, sebuah ancaman besar bagi masa depan generasi muda Palestina.
Kesehatan Anak-Anak yang Terancam
Selain pendidikan, kesehatan anak-anak di Gaza juga berada dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. UNICEF melaporkan bahwa banyak sekolah yang dialihfungsikan menjadi tempat penampungan sementara bagi ribuan keluarga yang terlantar. Salah satunya, Sekolah Jarra Al Qudwa, kini menjadi rumah sementara bagi 300 keluarga. Namun, kondisi sanitasi di tempat-tempat tersebut sangat buruk, dan akses air bersih hampir tidak tersedia. Penduduk Gaza terpaksa menggunakan air yang terkontaminasi dari toilet dan pancuran, yang memperparah masalah kesehatan, termasuk penyebaran penyakit kulit dan infeksi saluran pernapasan. Kondisi ini menjadikan anak-anak di Gaza sangat rentan terhadap wabah penyakit.
Trauma Mendalam pada Generasi Muda
Dampak psikologis dari konflik yang berkepanjangan ini sangat terasa di kalangan masyarakat Palestina, terutama anak-anak. Trauma yang mendalam akibat kekerasan, kehilangan keluarga, dan kehancuran lingkungan tempat mereka tumbuh membuat mereka hidup dalam ketakutan yang konstan. Memulihkan trauma semacam ini memerlukan waktu dan upaya besar, namun dengan konflik yang terus berlanjut, penyembuhan mental bagi para korban menjadi semakin sulit.
Dampak Ekonomi dan Pasar Global
Selain dampak langsung di Palestina, serangan Israel juga memiliki dampak global yang signifikan. Ketidakstabilan di wilayah Timur Tengah telah menyebabkan lonjakan harga minyak dunia, yang berdampak pada inflasi dan kenaikan suku bunga di banyak negara. Investor global pun beralih ke aset-aset yang dianggap lebih aman, seperti emas dan dolar Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa dampak konflik ini bukan hanya terbatas di wilayah Palestina, melainkan juga mempengaruhi ekonomi dan stabilitas global secara keseluruhan.
Kritik terhadap PBB dan Dunia Internasional
Menyaksikan kekejaman yang terjadi di Palestina selama bertahun-tahun, muncul pertanyaan besar tentang peran PBB dan masyarakat internasional dalam menangani konflik ini. PBB, sebagai organisasi yang seharusnya menjaga perdamaian dunia, tampak kurang tegas dalam menanggapi agresi Israel terhadap Palestina. Resolusi yang dihasilkan sering kali hanya berupa kecaman tanpa tindakan nyata. Dalam konteks ini, Israel tampaknya terus mendapat dukungan dari beberapa kekuatan besar, sementara penderitaan rakyat Palestina tidak mendapatkan perhatian yang sepadan.
Tindakan PBB yang dinilai kurang efektif dan tegas dalam menghentikan kekerasan ini sangat disesalkan. Organisasi ini seharusnya mengambil langkah yang lebih konkret, seperti memberikan sanksi internasional kepada Israel atau membentuk komisi investigasi independen yang berfungsi untuk menindak pelanggaran hak asasi manusia yang telah terjadi. Ketidakmampuan PBB untuk bertindak lebih tegas hanya memperpanjang penderitaan rakyat Palestina dan memperkuat ketidakadilan di kawasan tersebut.
Seruan kepada Umat Muslim dan Negara-Negara Arab
Di tengah ketidakpedulian banyak pihak, umat Muslim di seluruh dunia harus mengambil peran yang lebih aktif dalam mendukung Palestina. Konflik ini bukan hanya masalah politik atau teritorial, melainkan juga isu kemanusiaan yang mendesak. Sebagai umat yang menjunjung tinggi persaudaraan, sudah seharusnya negara-negara Muslim, terutama yang berada di kawasan Timur Tengah seperti Arab Saudi, Turki, dan negara-negara besar lainnya, bersatu membantu Palestina secara lebih nyata.
Negara-negara Muslim harus meninggalkan sikap egois yang hanya mementingkan kepentingan nasional masing-masing, dan berfokus pada upaya kolektif untuk mengakhiri penderitaan rakyat Palestina. Bantuan diplomatik, ekonomi, dan militer seharusnya bisa dikerahkan untuk melindungi mereka yang teraniaya, bukan hanya retorika tanpa tindakan. Terutama Arab Saudi dan Turki, sebagai negara besar di dunia Muslim, memiliki kekuatan politik dan ekonomi yang bisa dimanfaatkan untuk mempengaruhi perubahan nyata di kawasan tersebut.
Solidaritas dan Harapan
Di tengah penderitaan yang belum juga usai, rakyat Palestina tetap berharap akan datangnya hari di mana mereka bisa hidup dalam damai di tanah air mereka sendiri. Untuk mewujudkan harapan ini, dukungan dan solidaritas dari komunitas internasional, terutama negara-negara Muslim, sangatlah penting. Serangan satu tahun ini telah menunjukkan betapa krusialnya peran semua pihak dalam menghentikan kekerasan dan menciptakan perdamaian di Timur Tengah.