
SYDNEY, abulyatama.co.id – Bagaimana pun juga kewajiban menegakkan shalat lima waktu berlaku di manapun dan bagaimanapun keadaannya, tidak ada rukhshah (keringanan) untuk meninggalkannya. Agama Islam pun telah menjelaskan tata cara shalat dalam berbagai kondisi darurat sekalipun.
“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu berdiri maka (shalatlah) dengan duduk, jika tidak mampu duduk maka (shalatlah) dengan berbaring.” (HR. Al Bukhari, dalam riwayat Al Baihaqi ada tambahan: “Jika tidak mampu berbaring maka cukup dengan isyarat”).
Seorang pria Muslim dalam sebuah video yang sedang viral di dunia menunjukkan sedang shalat di pinggir jalan di depan sebuah pub tepi pantai Sydney. Hal ini benar-benar patut dipuji atas kekuatan akidahnya kepada Allah Swt. tentu menjadi ikhtibar dan ibrah bagi kita, bahwasannya orang muslim yang taat atas perintah-Nya akan selalu taat menegakkan shalat di mana dan kapan pun ia berada.
Memberikan komentar mengenai video tersebut kepada Daily Mail Australia pada hari Senin tentang video tersebut, Wakil Presiden Dewan Islam Victoria Adel Salman mengatakan, “Saya telah sering shalat di jalan, juga taman, terminal bandara dan bahkan lapangan sepak bola. Kami shalat lima kali sehari, jadi jika kami tidak memiliki akses ke masjid atau ruang shalat, kami temukan tempat yang relatif sepi dan bersih. Dia mungkin tidak ingin mengambil risiko melewatkan waktu shalatnya.”
Rekaman itu difilmkan dari Coogee Bay Hotel di pinggiran timur Sydney sebelum jam 8 malam pada hari Ahad malam, demikian lansir aboutislam.net.
Ini menunjukkan bahwa pria itu melaksanakan shalatnya di jalan yang sibuk, yang tampaknya tidak terpengaruh oleh posisinya yang terjepit di antara dua mobil, saat dia mempersiapkan diri untuk sholat.
Setelah shalat, pria itu berdiri, mengambil tikarnya dan mengembalikannya ke mobilnya.
Salman memuji pilihan pria itu agar tidak merepotkan orang yang lewat.
“Hal terakhir yang ingin kami lakukan adalah tidak memberikan ketidaknyamanan kepada orang-orang saat melakukan shalat, kami sangat sensitif terhadap lingkungan sekitar kami,” katanya.
Semoga berita ini menjadi pelajaran berharga bagi kita sebagai hamba Allah Swt. yang senantiasa taat dalam menegakkan shalat. Aamiin. [ar]
‘’Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya.’’(QS. Ath-Thalaq [65]: 7).
Awalnya sulit bagi Imam A. Rahman Lee Ju-Hwa, yang diperkenalkan ke Islam pada tahun 1984, untuk memberi tahu teman-temannya bahwa dia tidak dapat bertemu untuk minum barbekyu dan minuman. "Kembali pada hari, teman-teman saya tidak mengerti agama saya dan secara paksa meminta saya untuk minum," katanya. "Butuh beberapa waktu tapi hari ini mereka mengerti saya." Imam Lee melihat kembali krisis sandera Korea dan mengingat saat polisi setempat ditempatkan di depan masjid untuk melindunginya dari protes dan ancaman bom sebagai reaksi terhadap penculikan tersebut. "Krisis sandera Korea adalah satu titik kritis dalam sejarah Islam di Korea Selatan," kata Lee. Radu Diaconu / Al Jazeera.